• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Hello, Mate !

Just Enjoy It!


     
Begitu banyak frasa yang timbul atas respon terhadap apa yang dirasa, dipikir, dan dilihat. Yakin bahwa keberanian akan menyelematkan dan ketakutan akan menenggelamkan. Frasa yang berlaku dalam setiap peristiwa, hanya butuh satu sikap untuk takluki atau menyerah sudah. Frasa yang saya ambil dari lantunan sebait lagu Hujan Mata Pisau milik FSTVLT. Entah mengapa, sepertinya sekarang saya lebih meyakini frasa tersebut dan akan menjadi mantra yang akan terus menerus saya rapal di kemudian hari.

    Ketika tulisan ini dibuat, saya sedang mengerjakan tugas Studi Pustaka saya, yak saya berniat mengikuti program akselerasi. Mengikuti program ini pun saya masih mendapati kebingungan untuk apa saya mengikuti program ini. Memang saya dapat lulus lebih cepat dibanding yang lain, tapi apa yang akan saya dapatkan. Lantas, jika berhasil apa yang akan selanjutnya saya lakukan. Yakin bisa dilakukan ?. Sederet pertanyaan tersebut tiba-tiba saja memenuhi pikiran saya dan mengganggu kenyamanan pikiran saya yang sedang malas-malasan, membuang banyak waktu.

    Jadi apa yang sudah saya siapkan untuk masa depan? saya akan tertawa sembari kebingungan dan mengumpat dalam hati "sialan, belum saya pikiran". Tapi, di luar semua itu saya punya harapan, semoga saja apa yang saya lalui saat ini dapat mendewasakan saya sebagaimana saya seharusnya bersikap. "Bersikaplah sebagaimana umurmu seharusnya bersikap" kadang menjadi ambigu juga karena saya belum pernah mencapai umur tersebut. Hahaha. 

    Ketika sudah membaca sampai sini, pasti bingung juga apa yang dari tadi dibicarakan sebenarnya. Tulisan ini hanya merespon apa yang saya dengarkan dan terlintas dalam pikiran.

Terima kasih

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

    

    Hanya tersisa 16 hari lagi sebelum menyambut tahun yang baru, tahun penuh harapan, tahun di mana impian dan cita-cita akan diwujudkan, dan terpenting adalah tahun di mana kegelapan sirna menjadi tahun yang terang benderang disinari kehangatan, kenyamanan, dan hilangnya pandemi. Berbagai rekapan yang dapat menyimpulkan apa yang sudah terjadi di tahun ini. Tentu tak ada yang pernah membayangkan sebelumnya bahwa hidup harus mengalami hal yang seperti ini. Jauh dari sesuatu yang menentu dan pasti. Ke mana pun kaki melangkah harus selalu sigap dan mawas diri akan bahaya yang mengintai. Tentu aku, kau, mereka, dan kita semua memiliki besaran kemungkinan yang sama untuk terkena si pandemi ini.

    Yang menyedihkan tentu banyak terjadi tetapi yang menggembirakan tidak kalah banyaknya juga. Awal tahun ini diberi entah mengapa merasa sangat bersemangat untuk menghadapi dunia perkuliahan, pertemanan, dan perintilan lainnya. Pun disyukuri juga, tahun ini dipertemukan dengan seseorang yang teramat spesial, ya spesial, tak kurang dan lebih, yang jelas menjadi alasan dibalik kebahagiaan ini. Kemudian juga menjadi lebih produktif dengan melakukan banyak hal dan mengikuti kegiatan yang banyak menyita waktu. Menyenangkan sekali.

    Pandemi terjadi, dipulangkan, menyendiri.

    Setelah kurang lebih menunggu 120 hari, mengisi dengan saling berbagi playlist atau sekedar sapaan lewat gawai pintar, akhirnya dapat bertemu meski dalam kondisi yang harus selalu was-was akan keadaan. Dan yang terjadi setelahnya, cukup saya nikmati momen bahagia itu. Tapi, yang paling penting adalah di tahun ini saya mendapat pembelajaran untuk mencoba keuntungan di bisnis makanan (memang banyak yang tiba-tiba menjadi ahli masak saat pandemi ini, tetapi itu bukankah sesuatu yang positif ?). Tidak mudah. Hanya sekali membuka sesi pesan dan setelah itu terlalu banyak memikirkan arah bisnis itu hingga terbengkalai dan entahlah kapan akan dirilis kembali.

    Perkuliahan di semester ini tetap dilaksanakan secara daring. Tidak menemui teman dan tetap menyendiri. Saya mengakalinya dengan mengikuti perkuliahan di tempat saya bisa bertemu teman. Hasilnya, cukup membantu mempermudah manakala ujian tiba. Tetap saja, itu menjadi dosa tersendiri karena untuk pertama kalinya dipaksa menjadi tidak jujur, apa boleh buat. Suasana daring ini pun membikin orang-orang menjadi kehilangan hati dan empati. Tidak menghargai bagaimana susah payahnya si pengajar mencurahkan waktunya untuk memberi yang terbaik dalam memberi pelajaran. Tetapi disikapi dengan acuh tak acuh, lalu begitu saja oleh si pencari ilmu. Ambigu memang.

    Satu yang membanggakan di tahun ini ialah proker yang saya selalu antusias di dalamnya. Ya, Connection 2020 berhasil dan sukses dilaksanakan. Selain memberi saya kesempatan untuk berjalan-jalan ke desa adat yang terletak di balik gunung itu, yang ditempuh dengan jalan terjal dan perjuangan mempertaruhkan nyawa (benar-benar hanya melewati jalur yang sempit, samping-sampingnya jurang). Memang terbayar sudah ketika sudah sampai di sana, namun rasanya untuk mengulang kembali jalur yang itu, harus dipikir lagi. Tetapi, terima kasih banyak dan angkat topi untuk semua yang terlibat di sana.

    


    Terlepas dari itu, sekarang juga sudah di penghujung 2020. Harapan terbaik selalu ada buat di tahun depan. Perubahan diri ke arah lebih baik atau menuntut situasi menjadi lebih baik sudah barang tentu ada di harapan orang-orang. Yang tersisa, dimanfaatkan, yang berlalu, direnungi, yang akan tiba, dipersiapkan.

    Terima kasih.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Ramadhan merupakan hitungan 1 bulan penuh yang dinantikan. Beragam tradisi menyambut hangatnya bulan penuh berkah. Pun dengan suasana khas yang dimiliki si bulan ini. Banyak kegiatan yang dilakukan selepas subuh yang dirindukan. Begitu pun dengan aktivitas di waktu petang sembari menunggu bedug tiba. Ya, orang orang berjubel untuk ngabuburit, selain untuk mencari jajanan atau pun wisata murah meriah dengan berjalan jalan bersama kawan juga waktu petang bagi sebagian orang adalah kesempatan untuk meraup banyak untung.
Kini berbeda.

Situasi menuntut kegiatan ramai yang dirindukan itu hilang sementara. Ada hal menarik yang terjadi setiap ramadhan tiba. Biasanya setiap petang, di depan toko, ada seorang bapak-bapak yang setia menjual minuman segar yang pas untuk pertama disantap saat buka.
Si bapak tersebut bagi saya adalah hitungan seberapa banyak ramadhan yang telah saya lewati seumur hidup saya. Bisa dihitung ramadhan lalu mungkin sudah genap lebih dari 1 dekade ia setia berjualan di sana. 

Tapi, tahun ini sekali lagi berbeda.

Nampak si bapak penanda datangnya ramadhan ini tidak terlihat lagi. Tak ada yang tahu kemana si bapak ini. Bisa jadi karena kondisi yang sangat tidak baik ini menghalangi si bapak untuk kembali menjadi penanda datang ramadhan.

Hal serupa juga terjadi bagi sesiapa saja yang sudah merencanakan dan menggantungkan harapan bahwa ramadhan akan membawa berkah, menangkap rezeki lebih, atau barangkali ramadhan adalah satu-satunya kesempatan untuknya merasakan nikmat untuk hidup lebih.

Mungkin saja jika ini tak terjadi, semua yang berharap tersebut akan pulang dengan senyum haru setiap pulang ke rumah atas lakunya dagangan hari ini. Mungkin saja jika ini tak terjadi, mereka yang menggantungkan mimpi pada ramadhan memiliki peluang besar untuk memperbarui sandang di hari raya. Mungkin saja jika ini tak terjadi.

Doa dan harapan terbaik bagi mereka.
Semoga berkah selalu melimpahi hidupnya.


Biasanya ramai, kali ini sepi.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Tulisan saya buat terkhusus untuk orang yang ada di foto.

Mungkin ini akan jadi tulisan yang sangat panjang, biarlah saya bercerita tentang bagaimana saya bisa bertemu dengannya, tentang bagaimana banyak sesuatu yang tidak terpikir sama sekali bersamanya, dan tentang dia yang sekarang saya sangat ingin sekali bertemu dengannya.

Setiap hari saya selalu memandangi foto dia dan setiap kali memandanginya saya selalu tersenyum, masih tidak percaya bisa terjadi seperti sekarang ini. 

Sebenarnya saya lupa mengingat kapan secara pasti pertama bertemu dengannya, yang saya ingat adalah namanya terpampang jelas saat rapat pertama suatu kepanitiaan saat itu. Saya sedikit tersenyum ketika mendengar namanya disebut mungkin karena kesamaan nama dia orang yang itu dan tentunya ini hal unik bagi saya. Sayang, malam itu saya tak sempat mengenal rupa wajahnya.

Beberapa waktu berselang, kepanitiaan yang itu sudah memulai rangkaiannya. Saya, yang saat itu masih 'anak kuliah baru', masih bingung kejelasan kepanitiaan ini. Tapi, ketika ada tawaran untuk berangkat ke Banyuwangi jelas saya paling pertama ingin meski saya sengaja merendahkan hati untuk jadi pilhan terakhir mengingat saya masih 'anak baru'.

Momen menuju kesana inilah yang membuat saya pada akhirnya bertemu dengannya lalu dan menjadi 'ohh ini dia' rupa dari nama yang saya dengar beberapa waktu silam. Pertama berjumpa, dia sangat rendah hati dan hmm "lucu". Entahlah, impresi macam apa ini. Kemudian, sering diadakan rapat yang mana dia pun hadir hingga sesaat sebelum berangkat eksplorasi saya diberi tugas untuk menanyakan beberapa perlengkapan yang harus dibawa. Saya sempat kebingungan, toh panggilan dia saat itu membuat saya bingung saat mencari cari kontaknya.

Saya bertemu lagi dengannya di sebuah tempat percetakan, kala itu Ia memberikan kertas pesanan dan sebuah id card, id card ini hingga sekarang masih saya simpan karena dia entah karena dia lupa  untuk menagihnya.

Diam-diam saya mulai  sedikit mengagumi walau hanya sekelibat. Beberapa waktu lama berselang hingga kepanitiaan selesai, setiap bertemu dengannya hanya saling menyapa lalu tak acuh.

Ada hal unik di waktu kemudian saya ketika bercanda dengan teman saya mengenai siapa perempuan yang mungkin bisa saya dekati. Saya selalu menyebut nama dia secara tidak sengaja walau becanda sebagai orang yang menurut saya lucu. "Eh si ini lucu kayaknya", "Alah lu coba aja deketin" timpal teman saya. Sesaat saya termenung, bagaimana saya mau mencoba mendekati dia, kenal pun tidak.

Hingga satu momen yang menurut saya ini menjadi momen titik balik dari semua itu, beberapa anggapan saya mengenai dirinya berubah sejak saat itu. Hari itu, di hari saya mengulang tahun, tiba tiba mendapat notifikasi di instagram. Munculah nama dia, memberi selamat kepada saya namun dengan cara yang menurut saya ini beda. "Oke" pikir saya saat itu dan saya senang bukan main tentunya. Orang yang selama ini saya kagumi dan tidak terpikir untuk bisa berkontak dengannya tiba-tiba memberi selamat.

Akhirnya saya beranikan untuk mencoba berkontak kembali dengannya, yang saya ingat saya menanyakan hal yang bodoh dan sebenarnya tidak perlu ditanyakan. "Kuliner Bogor ada apa aja?". Tapi, respon dia yang mau saja membalas itu membikin saya grogi tidak karuan lalu menggebu-gebu. Satu momen lagi yakni saat dia mengulang tahun, ternyata kita tidak berbeda jauh cuman lebih berumur dia, atas dasar baik hati membalas ucapan dia. Maka saya balas ucap juga di hari ulang tahun dia. Sisanya ? saya menjadi lebih grogi dan senang tidak karuan lagi.

Waktu liburan tiba, saya kembali mencoba untuk bisa berkontak. Satu-satunya yang saya lakukan adalah membalas story dia, ya story lalu berlanjut dm. Tapi saat itu, saya belum memiliki pikiran untuk bisa sejauh ini. Bermulai dari direct message dan sisa liburan saya isi dengan perasaan seperti rollercoaster yang terkadang saya tersimpuh dan tersenyum sendiri di depan gawai kotak tipis-tipis itu

Tibalah semester baru. Sehari sebelum hari pertama kuliah, bersama teman saya menghadiri acara pre-event suatu konser yang akan digelar 2 pekan lagi. Sebelum berangkat, saya sibuk berkontak dengan Dia mengenai kepastian Dia jadi membeli tiket atau tidak. Bukan itu yang jadi masalah, yang jadi masalah adalah apabila Dia jadi membeli tiket, berarti dia akan hadir juga di pre-event yang mana saya dipastikan berjumpa dengan dirinya. Di satu sisi saya senang bukan main, di satu sisi saya akan mampus grogi di hadapannya.

Hari pertama kuliah, saya memiliki catatan tersendiri untuk kejadian hari ini.



Ya, saya akhirnya bertemu dengannya. Siang itu sedang jam makan siang, saya sedang turun tangga menuju suatu kantin. Pandangan saya terpana melihat dirinya sedang duduk manis menyantap makanan sambil bersenda gurau dengan kawannya. Persis dia berada di arah jam 2 siang. Saya ? tentunya dengan kegrogian dan perasaan tak menentu saya mencoba dan memang sengaja berjalan melewatinya. Harapan saya adalah menyapanya. Tapi, tidak ada sapaan di siang itu. Kemudian saya membeli segelas jus lalu duduk di seberang (agak jauh) dari dia. Sayang, dia tidak melirik dan melihatnya. Kemudian dia pergi dan saya merasa menyesal melewatkan momen itu. Saya pun mengutuk diri sendiri betapa bodohnya menyia-nyiakan kesempatan. Oh ya tak lupa ia hari itu mengenakan kemeja bergaris yang membuat dia sangat elok siang itu.


Dua hari berselang, saya akhirnya bertemu dan berbicara dengan dirinya. Untuk bisa kesana, saya harus menggunakan alasan meminjam buku sebuah mata kuliah. Malam itu, di sebuah kedai kopi di dalam kampus saya menemui dirinya. Perasaan saya ? sudah pasti tidak menentu dan penuh kegrogian.

Jumat malam, dia mengajak saya ke sebuah tempat. Namun, esok paginya dia memberi kabar kalau ia terjatuh dari motor yang ia kendarai dan jatuhnya dua kali. Saya sempat bingung, antara saya telepon kemudian menjumpai dirinya di tempat ia jatuh atau tetap di kamar terus menanyakan kabar dirinya. Akhirnya dia sampai di rumah dan sepekan ke depan Ia tidak membawa motor untuk pergi kuliah. Hal ini juga menjadi momen saya pertama kali mengajak dirinya pergi mengerjakan tugas ke sebuah tempat makan terkenal itu. Seminggu ini saya sering habiskan untuk memberi ia tumpangan. Tak ada yang lebih menyenangkan ketika mengajak dirinya makan, menemaninya mengerjakan tugas, dan sekali mengantarnya pulang.

Memasuki Februari, banyak momen-momen indah yang saya habiskan bersama dirinya. Satu malam, selepas pembukaan acara yang ia pegang, ia mengajak saya pergi untuk makan. Mungkin saya tahu kalau acara itu sangat mengecewakan dirinya, terlihat jelas dari raut wajah yang ia pancarkan. Tapi tetap saja, ia mendadak mengajak saya pergi ini yang menjadi hati saya grogi dan tak karuan. Kemudian saya bingung memilih apa yang harus saya kenakan hari itu. Saya takut memberi impresi buruk di malam itu.

Kemudian, kita juga sempat menghabiskan malam dengan makan di tempat yang selalu kau inginkan, angkringan. Aslinya saya sengaja mencatat tanggal-tanggal selama februari atas apa saja yang sudah saya lewatkan bersama dirinya. Mendadak mengajaknya nonton konser. Makan malam yang tidak disengaja. Tiba-tiba dia mengajak saya pergi ke puncak, lalu menggigil kedinginan disana. Mengajak taruhan dalam pertandingan futsal tentang siapa yang mencetak gol maka diberi hadiah. Menghabiskan malam dengan berkeliling kota. Menonton film yang sangat ia sukai, film horor.

Maret tiba. Dia memberi saya surprise sarapan, ya sarapan pun bagi saya itu sebuah kejutan. Satu momen, saya memberi dirinya bunga. Saya bermaksud untuk menghibur dirinya yang tengah sedih. Namun saya tidak memberi ucapan yang pas karena sekali lagi saya grogi saat itu. Tapi lucunya adalah wajah dia yang menggemaskan itu kebingungan kemudian tersenyum berterima kasih. Memang random sekali malam itu.

Dan uts tiba, saya memutuskan untuk pulang barang sebentar karena kosongnya jadwal ujian saya. Tapi, sialnya saya hanya bilang pulang 3 hari bukan bermaksud untuk 5 bulan seperti keadaan sekarang. Saya lewati saja, hingga pada suatu malam. Selepas kita ngide seharian melakukan percakapan dengan bahasa inggris yang mana kita semua menguasainya dengan sangat baik. (anggap saja toefl kita 700)

Malam itu..




Saya sama sekali tidak menyangka untuk bisa mengungkapkan itu. Saya panik karena sama sekali tidak menyangka ini terjadi. Bermula dari becandaan tentang siapa yang menjadi fans, akhirnya saya memilih untuk berada di posisi sebagai fans dia.

Saya berjanji padanya, jika nanti saat bertemu, saya akan ucapkan lagi kata-kata itu supaya menggenapi apa yang terjadi malam itu. Ya, saya menyatakan perasaan saya terhadap dirinya. Memang rencana saya adalah mengucapkannya saat berhadapan langsung. Namun kondisi seperti ini, saya tidak mau terlau lama lagi.

Hal itu terjadi tanggal 22, dan sekarang sudah menginjaki tanggal 22 lagi.

Maka dari itu  Selamat 22 yang Pertama.
I Miss You so Bad, Grace
Setelah situasi normal, yuk gila-gilaan lagi, yuk nonton konser, yuk makan martabak, yuk ke puncak lagi, yuk habisin waktu sehari semalaman, yuk kemanapun. Pokoknya yuk.

love,
Dimas the last warrior
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Terhitung satu minggu sejak tulisan terakhir. Kamis kemarin niat awalnya hanya pulang untuk tiga hari karena kebetulan itu adalah jeda waktu di antara uts, rencanya setelah uts bakal sibuk kejar ini itu dan lainnya. Minggu petang, beberapa jam sebelum pulang menuju kota hujan, terbitlah surat bahwasanya kampus akan lockdown dan sisa dari uts hingga pembelajaran dilaksanakan secara daring.

Sesuatu yang sama sekali tidak pernah terpikirkan, bukan hanya terjadi di alur cerita film atau bahkan video games, ini benar-benar terjadi. Mungkin karantina yang akan berjalan seminimal mungkin untuk 2 pekan dan kebijakan kampus mengambil untuk 5 bulan.

Day 1 Lockdown

Bangun pagi, berdoa, berolahraga kemudian menghabiskan waktu di hadapan gawai dan menonton apa apa yang muncul di bilik rekomendasi. Sedangkan beberapa kawan yang masih bertahan sedang mengambil rekaman untuk proker himpro. Memang menyedihkan untuk tidak andil dalam kegiatan ini.

Day 2

Bangun pagi, berolarahraga sekitatan 45 menit. Seperti biasa, menghabiskan sisa waktu di hadapan layar gawai berbentuk kotak tipis tipis. Kemudian pikiran meracau entah kemana melihat kawan masih bisa bercengkerama.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Sudah berjalan sekitar tiga bulan ini juga kesibukan dunia perkuliahan yang sudah memasuki semester 4, yang berarti hampir setengah jalan yang sudah dialami. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk berada di jalan ini. Begitu hidup di tahun 2020, apa apa yang saya benci dan sesali perlahan mulai bisa berdamai. Pun sama hal nya dengan satu hal yang saya temui saat ini.

Adalah hal yang sangat menyenangkan untuk menemukan perasaan yang kadang menggelikan. Mensyukurinya dan berharap untuk selalu bisa seperti ini.

Juga menuju kuarter pertama ini, banyak hal yang belum terpikirkan begitu terjadi dan mimpi-mimpi yang saya canangkan untuk tahun ini ternyata masih jauh dari kata tercapai, mendekatinya pun belum tentu. Seiring dengan tulisan yang ini yang disempatkan di sela-sela keluangan waktu ujian tengah semester, saya berharap tuk apapun yang terjadi setelah ini haruslah menghasilkan, jikalau tidak menghasilkan harus menyenangkan. -kutipan

Sekali lagi, kuarter pertama ini sangat mengesankan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Silahkan putar 'Menangisi Akhir Pekan-Jenny/FSTVLST'
Dalam apa-apa di akhir pekan selalu timbul kebosanan yang sama, lelah dan kebingungan atas sepekan hidup. Akhir pekan bisa menjadi sarana perayaan diri atas apa-apa yang diraih dan dikerjakan selama sepekan. Atas nama itu pula, saya selalu berusaha untuk bervakansi di akhir pekan.
Sial, rencana dan harapan itu selalu saja berakhir gagasan. Diam di kamar dan tanpa melakukan apa-apa.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

About me

About Me

Bernama lengkap Dimas Syabani Rahman dan menginjakkan kaki di bumi pada 1 bulan terakhir di tahun '99. Saat ini sebagai pelajar yang tanpa terkiranya terlempar ke kota yang hujan, lembab, terkadang panas, namun lebih sering menjumpai kemacetan dan hingar bingar pinggiran ibukota.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

  • 2016
  • fstvlst
  • music

recent posts

Instagram

Blog Archive

  • May 2021 (1)
  • December 2020 (1)
  • May 2020 (1)
  • April 2020 (1)
  • March 2020 (2)
  • September 2018 (2)
  • July 2018 (1)
  • August 2017 (1)
  • July 2017 (1)
  • February 2017 (1)
  • January 2017 (1)
  • November 2016 (2)
  • May 2016 (1)
  • March 2016 (3)
  • February 2016 (1)
  • December 2015 (1)
  • January 2015 (2)
  • December 2014 (1)
  • October 2014 (4)
  • September 2014 (2)
  • August 2014 (2)
  • July 2014 (4)
  • June 2014 (4)

Created with by ThemeXpose