Hanya tersisa 16 hari lagi sebelum menyambut tahun yang baru, tahun penuh harapan, tahun di mana impian dan cita-cita akan diwujudkan, dan terpenting adalah tahun di mana kegelapan sirna menjadi tahun yang terang benderang disinari kehangatan, kenyamanan, dan hilangnya pandemi. Berbagai rekapan yang dapat menyimpulkan apa yang sudah terjadi di tahun ini. Tentu tak ada yang pernah membayangkan sebelumnya bahwa hidup harus mengalami hal yang seperti ini. Jauh dari sesuatu yang menentu dan pasti. Ke mana pun kaki melangkah harus selalu sigap dan mawas diri akan bahaya yang mengintai. Tentu aku, kau, mereka, dan kita semua memiliki besaran kemungkinan yang sama untuk terkena si pandemi ini.
Yang menyedihkan tentu banyak terjadi tetapi yang menggembirakan tidak kalah banyaknya juga. Awal tahun ini diberi entah mengapa merasa sangat bersemangat untuk menghadapi dunia perkuliahan, pertemanan, dan perintilan lainnya. Pun disyukuri juga, tahun ini dipertemukan dengan seseorang yang teramat spesial, ya spesial, tak kurang dan lebih, yang jelas menjadi alasan dibalik kebahagiaan ini. Kemudian juga menjadi lebih produktif dengan melakukan banyak hal dan mengikuti kegiatan yang banyak menyita waktu. Menyenangkan sekali.
Pandemi terjadi, dipulangkan, menyendiri.
Setelah kurang lebih menunggu 120 hari, mengisi dengan saling berbagi playlist atau sekedar sapaan lewat gawai pintar, akhirnya dapat bertemu meski dalam kondisi yang harus selalu was-was akan keadaan. Dan yang terjadi setelahnya, cukup saya nikmati momen bahagia itu. Tapi, yang paling penting adalah di tahun ini saya mendapat pembelajaran untuk mencoba keuntungan di bisnis makanan (memang banyak yang tiba-tiba menjadi ahli masak saat pandemi ini, tetapi itu bukankah sesuatu yang positif ?). Tidak mudah. Hanya sekali membuka sesi pesan dan setelah itu terlalu banyak memikirkan arah bisnis itu hingga terbengkalai dan entahlah kapan akan dirilis kembali.
Perkuliahan di semester ini tetap dilaksanakan secara daring. Tidak menemui teman dan tetap menyendiri. Saya mengakalinya dengan mengikuti perkuliahan di tempat saya bisa bertemu teman. Hasilnya, cukup membantu mempermudah manakala ujian tiba. Tetap saja, itu menjadi dosa tersendiri karena untuk pertama kalinya dipaksa menjadi tidak jujur, apa boleh buat. Suasana daring ini pun membikin orang-orang menjadi kehilangan hati dan empati. Tidak menghargai bagaimana susah payahnya si pengajar mencurahkan waktunya untuk memberi yang terbaik dalam memberi pelajaran. Tetapi disikapi dengan acuh tak acuh, lalu begitu saja oleh si pencari ilmu. Ambigu memang.
Satu yang membanggakan di tahun ini ialah proker yang saya selalu antusias di dalamnya. Ya, Connection 2020 berhasil dan sukses dilaksanakan. Selain memberi saya kesempatan untuk berjalan-jalan ke desa adat yang terletak di balik gunung itu, yang ditempuh dengan jalan terjal dan perjuangan mempertaruhkan nyawa (benar-benar hanya melewati jalur yang sempit, samping-sampingnya jurang). Memang terbayar sudah ketika sudah sampai di sana, namun rasanya untuk mengulang kembali jalur yang itu, harus dipikir lagi. Tetapi, terima kasih banyak dan angkat topi untuk semua yang terlibat di sana.
Terlepas dari itu, sekarang juga sudah di penghujung 2020. Harapan terbaik selalu ada buat di tahun depan. Perubahan diri ke arah lebih baik atau menuntut situasi menjadi lebih baik sudah barang tentu ada di harapan orang-orang. Yang tersisa, dimanfaatkan, yang berlalu, direnungi, yang akan tiba, dipersiapkan.
Terima kasih.